Karat Pada Daun Tanaman Kedelai
Karat Pada Daun Tanaman Kedelai |
Penyakit karat kedelai tersebar luas di seluruh Indonesia. Adanya penyakit karat pada kedelai di Yogyakarta dan Surakarta sudah dilaporkan sejak tahun 1899 (Raciborski, 1990).
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrhizi berasal dari kelompok Basidiomycetes. Phakopsora pachyrizhy mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas daun, coklat muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm, sering tersebar merata memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk penutup yang mirip dengan kubah diatas uredium. Parafisa membengkok dan berbentuk gada atau mempunyai ujung membengkak, hialin atau berwarna jerami dengan ruang sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-15µm dengan panjang 20-47µm. Uredium bentuknya mirip dengan gunung api kecil yang dibentuk di bawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau jorong. Di pusat bagian uredium yang menonjol berbentuk lubang yang menjadi jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur atau jorong, hialin sampai coklat kekuningan, dengan dinding tebal yang hialin dan berduri halus.
Menurut Sudjono (1984) pada daun pertama kedelai muda dapat terjadi dua macam bercak, yaitu yang mempunyai halo berwarna coklat dan yang tidak. Gejala tampak pada daun, tangkai, dan kadang-kadang pada tangkai. Awalnya terjadi bercak-bercak kecil coklat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak karat terlihat sebelum bisul-bisul (pustul) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang daun di dekat terjadinya infeksi (Semangun, 1991). Pada umumnya serangan terjadi pada permukaan bawah daun dan serangan awal biasanya terjadi pada daun-daun bawah yang kemudian berkembang ke daun yang lebih atas. Penyakit karat kedelai biasanya mulai menyerang pada saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah suhu optimum untuk perkecambahan uredospora adalah 15-25 C. pada kedelai infeksi paling banyak terjadi pada suhu 20-25 C dengan embun selama 10-12 jam; pada suhu 15-17 C diperlukan embun selama 16-18 jam. Masa berembun terpendek untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-25 C adalah 6 jam, sedang pada suhu 15-17 C adalah 8-10 jam. Infeksi tidak terjadi bila suhu lebih tinggi dari 27,5 C. Bakal uredium mulai tampak 5-7 hari setelah inokulasi, dan pembentukan spora terjadi 2-4 hari kemudian (Holliday, 1980). Penyakt karat yang lebih berat terjadi pada pertanaman kedelai musim hujan (Sudjadi, 1979). Selain itu, jenis-jenis kedelai memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda. Ketahanan satu jenis kedelai terhadap karat juga bervariasi tergantung dari lokasi pengujian. Antara umur panjang dengan ketahanan dan antara umur pendek (genjah) dengan kerentanan terdapat korelasi positif. Ketahanan ternyata bersifat dominan dan ditentukan oleh dua gen mayor.
Akibat serangan cendawan ini proses fotosintesis terganggu karena daun tidak berfungsi sebagaimana fungsinya dapat menurunkan hasil produksi sebesar 20-80 %. Penurunan hasil bisa mencapai 100% bila varietas yang ditanam rentan terhadap karat daun dan dibudidayakan sewaktu musim hujan dalam keadaan cuaca yang lembab serta tanaman dalam kondisi tergenang.
Penyebaran penyakit karat daun ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin, melalui tanah, air dan tanaman inang. Patogen ini tidak dapat bertahan di dalam biji karena termasuk cendawan obligat dan tidak dapat ditularkan melalui benih.
Beberapa pengendalian yang direkomendasikan yaitu penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit ini, yaitu varietas Wilis, Merbabu, Raung, Dempo, Krakatau, Tampomas dan Cikurai, perendaman benih dalam larutan fungisida Benlate T 20, pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida misalnya Alto 100 SL, pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati, misalnya ekstrak mimba yang dapat menekan pertumbuhan jamur dan dipakai untuk tindakan preventif pada tahap awal gejala penyakit serta pengaturan jarak tanam dan perlakukan budidaya tanaman secara benar.