Kaki Hitam Pada Kubis

Kaki Hitam Pada Kubis
Kaki Hitam Pada Kubis
Penyakit kaki hitam disebabkan oleh pathogen Phoma Lingam yang merupakan patogen serius yang dapat menyebabkan penyakit kaki hitam, kanker , dan busuk kering brassicae dan silangan lain. Batang dibusukkan / penyakit penipu disebabkan oleh jamur Phoma lingam ascomycetes. 

Teleomorf dari penyebab penyakit Phoma lingam adalah Leptosphaeria maculans. Miselium bersekat bercabang-cabang, pada waktu muda hialin, kelak mempunyai dinding yang gelap Piknidia bundar untuk subglobose, kuning coklat sampai coklat hitam, subepidermal, terpisah, unilokular, 130-600 μm.. 

Bentuk dan ukuran piknidium sangat bervariasi. Biasanya berbentuk botol, berwarna gelap, kadang-kadang dengan paruh atau ostiola yang menonjol. Konidium (piknidiospora) hialin, tak bersekat, 1-2,5 x 3-6 µm. Konidium terkumpul di dalam piknidium, mongering dalam matriks yang seperti agar-agar. Jika terdapat air hujan atau embun, matriks meghisap air dengan cepatdan konidium mengembang dalam bentuk bulu atau benang panjang yang mengandung konidium dan matriks. Matriks akan larut dalam air sehingga konidium menjadi bebas (Tindall, 1987).

Gejala Penyakit

Gejala yang ditimbulkan penyakit kaki hitam oleh pathogen phoma lingam yaitu Noda pada batang dan daun, bulat telur sampai yg tersebar luas, pada awalnya kuning kehijauan, kemudian kelabu kuning, akhirnya abu-abu, depresi, dengan ungu ke perbatasan hitam. Kanker memanjang pada pangkal batang, mula-mula berwarna coklat muda, kemudian mejadi kehitaman, yang sering dikelilingi oleh batas berwarna ungu. 

Di bagian tengah luka terdapat titik-titik hitam yang terdiri dari piknidium jamur penyebab penyakit. Kanker dapat meluas sehingga batang bergelang, bagian dalam batang busuk kering berwarna coklat, mula-mula terdapat becak warna pucat dengan batas kurang jelas yang menjadi becak bulat dengan warna kelabu ditengah. Daun-daun yang layu biasanya tetap bergantung pada tanaman, sedangkan daun-daun yang masih segar sering mempunyai tepi berwarna kemerahan. Pada tanaman penghasil benih, penyakit dapat timbul pada polongan (buah), dan biji yang terinfeksi menjadi keriput. Perakaran yang sakit akan rusak sedikit demi sedikit sehingga tanaman menjadi layu dan kemudian mati (Anonim, 2008).

Siklus Penyakit

Penyebab penyakit ini mempertahankan diri dari musim ke musim dalam kulit biji dan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Pada biji yang terinfeksi, tetapi masih dapat berkecambah, kulit biji akan terangkat ke atas tanah dan melekat pada salah satu keeping biji (kotiledon). Keping biji akan akan terinfeksi, jamur berkembang ke batang semai (hipokotil) sehingga semai mati. Semai seperti ini biasanya mati di persemaian tanpa diketahui, namun di sini jamur sempat membentuk tubuh buah (piknidium) yang menghasilkan konidium. Konidium hanya akan terbebas bila ada air, dan pemencarannya tergantung dari air hujan yang memercik. Air yang mengalir di permukaan tanah pun dapat mengangkut konidium dari sisa-sisa tanaman sakit ke persemaian.


Kondisi yang Mendukung Perkembangan Penyakit

Penyakit ini menyerang tanaman kubis pada kondisi tanah-tanah yang basa atau alkalis (pH lebih besar dari 6,5). Hujan dan basah cuaca, yang telah terjadi dalam beberapa hari sangat ideal untuk penyebaran jamur ini. Penyakit ini dapat bertahan hidup dalam residu tanaman setidaknya selama tiga tahun, sehingga rotasi selalu disarankan (menghindari silangan dalam rotasi sangat penting). Kondisi lain yang mendukung perkembangan penyakit yaitu tergantung dari curah hujan. Patogen juga
seedborne dan dapat disebarkan oleh angin dalam jarak jauh.

Strategi Pengendalian

Teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit kaki hitam yaitu pemencaran penyakit ke daerah yang belum terjangkit harus dicegah, menanam benih yang sehat yang dihasilkan oleh daerah-daerah yang kering, khususnya yang mempunyai cuaca kering pada waktu tanaman membentuk buah. Sanitasi pertanaman, sisa-sisa tanaman, khususnya tanaman sakit, dipendam dalam tanah cukup dalam, agar tidak menjadi sumber infeksi bagi pertanaman yang akan datang atau pertanaman sekitarnya. Tidak membuat persemaian di tanah yang mungkin mengandung penyebab penyakit, di daerah yang sudah terjangkit dan penggunaan fungisida secara efisien (Anonim,2009).

Tanah yang memiliki pH di ata 6,5 perlu penanganan dengan pengapuran pada tanah asam atau pemberian pupuk belerang (S) untuk tanah basa. Kebutuhan kapur pertanian untuk menaikkan tanah tergantung dari jenis tanah dan derajat keasaman tanah. Untuk lahan kering sekitar 4 ton/hektar, sedangkan pada tanah gambut mencapai 19 ton/hektar. Pada tanah-tanah basa, misalnya pH 8,5-9,0 dapat diberikan tepung belerang atau gipsum sekitar 6 ton/hektar untuk menurunkan pH mendekati netral.

Sumber : planthospital.blogspot.com

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Jenis-jenis Pandan