Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )
Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum ) |
Suhu
yang relatif tinggi mendukung perkembangan penyakit. Di dataran rendah penyakit
timbul lebih berat karena suhu udara relatif tinggi. Bakteri berkembang baik di
tanah alkalis yang suhunya agak tinggi di saat banyak hujan. Intensitas
penyakit sangat dipengaruhi oleh tanaman terinfeksi pada musim sebelumnya.
Penyakit
ini banyak dijumpai di Jawa, Sumatera dan Sulawesi khususnya di Sulawesi Utara.
Gejala
serangan :
Beberapa
daun muda layu dan daun tua sebelah bawah menguning. Apabila bagian tanaman
yang terinfeksi (batang, cabang, dan tangkai daun) dibelah akan tampak pembuluh
berwarna coklat, demikian juga empulur sering berwarna kecoklatan. Pada
penyakit stadium lanjut apabila batang dipotong, akan keluar lendir bakteri
berwarna putih susu. Lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu
bakteri dengan layu Fusarium.
Tanaman
inang :
Tembakau
(Nicotiana tabacum L.), kentang (Solanum tuberosum L.), kacang tanah (Arachis
hypogea L), dan pisang (Musa spp.)
Pengendalian:
1.
Gunakan pupuk kandang yang telah masak. Pupuk kandang yang belum masak dapat
memacu perkembangan bakteri ini memalui kenaikan suhu tanah yang disebabkan
oleh proses fermentasi pupuk organik.
2.
Kurangi penggunaan urea, Kalau perlu gunakan NPK saja. Penggunaan urea yang
berlebihan akan menyebabkan tanaman sukulen dan mudah terserang penyakit.
3.
Gunakan benih varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
4.
Pergiliran tanaman menggunakan tanaman selain famili solanaceae
(terung-terungan).
5.
Hindari mengocor NPK maupun pupuk kimia lain pada akar tanaman. Pengocoran
pupuk kimia akan menyebabkan luka pada akar tanaman
6.
Pencelupan bibit sebelum tanam menggunakan larutan bakterisida
7.
Mencabut tanaman yang telah terserang penyakit layu bakteri ini.
8.
Hindari mengairi lahan dengan menggenangi lahan terlalu tinggi, kalau perlu
jangan digenangi.
9.
Berdasarkan pengalaman, jika tanaman telah terserang layu penggunaan
bakterisida menjadi kurang efektif.