Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )

Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )
Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum )
Pseudomonassolanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab layu bakteri, bakteri ini mempunyai banyak ras dan dapat diisolasi dengan baik pada medium yang mengandung 2, 3, 5- trifenil-tetra sodium klorida (medium TTK). Infeksi terutama melalui luka pada bagian tanaman. Bakteri terangkut dalam pembuluh kayu dan pada batang yang lunak, masuk ke dalam ruang antara sel dalam kulit dan empulur, menguraikan sel-sel sehingga terjadi rongga- rongga.
Suhu yang relatif tinggi mendukung perkembangan penyakit. Di dataran rendah penyakit timbul lebih berat karena suhu udara relatif tinggi. Bakteri berkembang baik di tanah alkalis yang suhunya agak tinggi di saat banyak hujan. Intensitas penyakit sangat dipengaruhi oleh tanaman terinfeksi pada musim sebelumnya.
Penyakit ini banyak dijumpai di Jawa, Sumatera dan Sulawesi khususnya di Sulawesi Utara.

Gejala serangan :
Beberapa daun muda layu dan daun tua sebelah bawah menguning. Apabila bagian tanaman yang terinfeksi (batang, cabang, dan tangkai daun) dibelah akan tampak pembuluh berwarna coklat, demikian juga empulur sering berwarna kecoklatan. Pada penyakit stadium lanjut apabila batang dipotong, akan keluar lendir bakteri berwarna putih susu. Lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan layu Fusarium.

Tanaman inang :
Tembakau (Nicotiana tabacum L.), kentang (Solanum tuberosum L.), kacang tanah (Arachis hypogea L), dan pisang (Musa spp.)

Pengendalian:
1. Gunakan pupuk kandang yang telah masak. Pupuk kandang yang belum masak dapat memacu perkembangan bakteri ini memalui kenaikan suhu tanah yang disebabkan oleh proses fermentasi pupuk organik.
2. Kurangi penggunaan urea, Kalau perlu gunakan NPK saja. Penggunaan urea yang berlebihan akan menyebabkan tanaman sukulen dan mudah terserang penyakit.
3. Gunakan benih varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
4. Pergiliran tanaman menggunakan tanaman selain famili solanaceae (terung-terungan).
5. Hindari mengocor NPK maupun pupuk kimia lain pada akar tanaman. Pengocoran pupuk kimia akan menyebabkan luka pada akar tanaman
6. Pencelupan bibit sebelum tanam menggunakan larutan bakterisida
7. Mencabut tanaman yang telah terserang penyakit layu bakteri ini.
8. Hindari mengairi lahan dengan menggenangi lahan terlalu tinggi, kalau perlu jangan digenangi.

9. Berdasarkan pengalaman, jika tanaman telah terserang layu penggunaan bakterisida menjadi kurang efektif.

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Tanaman Hias di Halaman Rumah dan Manfaatnya