Panen dan Pasca Panen Tanaman Jahe

Pemanenan jahe tergantung pada produk akhir yang diinginkan walaupun umumnya jahe dipanen setelah umur 8-12 bulan. Untuk konsumsi segar sebagai bumbu, maka jahe dipanen pada umut 8 bulan. Sedangkan untuk keperluan bibit,maka jahe dipanen umur 10 bulan atau lebih. Sementara untuk keperluan asinan jahe, dipanen muda, yaitu umur 3-4 bulan.

Mutu jahe yang baik hanya akan diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kematangan yang cukup. Pemanenan dilakukan pada pagi hari dan produk harus diletakkan ditempat yang teduh.

Panen jahe dilakukan dengan cara membongkar seluruh tanaman menggunakan cangkul atau pupuk. Agar rimpang hasil panen tidak lecet dan tidak terpotong, maka perlu kehati-hatian waktu panen karena akan mengurangi mutu jahe. Rimpang dibersihkan dari kotoran dan tanah yang menempel.

Pengumpulan 

Pengangkutan jahe dari kebun ke tempat pengumpulan yang kuranng baik mengakibatkan kerusakan fisik pada jahe tersebut. Lokasi dan kondisi tempat pengumpulan jahe perlu diperhatikan agar dapat memperkirakan penanganan jahe yang harus dilakukan. 

Prose pengumpulan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  1. Lokasi pengumpulan atau penampungan harus dekat dengan tempat penanaman agar tidak terjadi penyusutan atau penurunan kualitas akibat pengangkutan dari dan ke tempat penampungan.
  2. Wadah sebagai tempat penempungan antara lain berupa keranjang,peti atau karung goni yang digunakan untuk mengangkut hasil panen ke tempat penampungan sementara atau gudang penyimpanan. Hindarkan dari kontak langsung dengan sinar matahari.
  3. Perlakuan /tindakan penanganan dan spesifikasi wadah yang digunakan harus disesuaikan dengan sifat dan karakteristiknya.
Pencucian 

Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) serta residu pestisida. Pembersihan kotoran berupa debu, tanah, serpihan dedaunan dapat disemprot dengan air. Pada saat pencucian jahe tidak boleh di gosok agar tidak lecet.

Cara pencucian hendaknya mengikuti cara yang baik, yaitu :
  1. Menggunakan standar bahanmutu air (standar air minum) untuk mencuci, guna menghindari kontaminasi terhadap produk dari organisme serta bahan pencemar lainnya.
  2. Menurunkan panas lapang atau berfungsi sebagai pre cooling.
  3. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan alat penirisan (spiner) atau hembusan angin ke arah komoditas yang telah dicuci.
Grading 

Grading bertujuan untuk memisahkan produk berdasar mutu, berat dan ukuran. Pemisahan ini dapat didasarkan pada pencirian fisik produk yang erat hubungannya dengan faktor mutu serta tingkat harga jual produk tersebut di pasar. Pada umumnya pemilahan ini masih dilakukan secara visual dan manual baik di rumah pengemasan atau di kebun.

Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai beriku :
  • Kategori Persyaratan
  • Mutu I Bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang
  • Mutu II Bobot 150-249 g/rimpang, kulitnya tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan kapang
  • Mutu III Bobot sesuai analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3% dan kapang maksimum 10%
Pasca panen 

Untuk di jual segar, jahe dapat langsung dikemas dengan menggunakan peti kayu berongga agar sirkulasi udara lancar. Tetapi bila diinginkan dalam bentuk kering atau simplisia, dilakukan penirisan rimpang setebal 1-4mm. Untuk mendapatkan simplisia dengan tekstur menarik, sebelum diiris rimpang di rebus beberapa menit sampai terjadi proses gelatinisasi. Rimpang yang sudah diiris, selanjutnya dikeringkan dengan panas matahari atau dengan pengeringan buatan/oven pada suhu 36-460C. Bila kadar air telah mencapai 8-10%, yaitu rimpang sudah bisa dipatahkan, maka pengeringan sudah dianggap cukup.

Selain itu, dikenal pula jahe gelondongan (jahe putih kecil dan jahe merah) yang diproses dengan cara rimpang jahe utuh ditusuk-tusuk agar air keluar sebagian, kemudian di jemur panas matahari atau di oven sampai kering atau kadar airnya mencapai 8-10%. Rimpang kering dapat dikemas dalam peti, karung atau plastik yang kedap udara dan dapat disimpan dengan aman apabila kadar air sudah rendah.

Untuk proses pengangkutan harus memperhatikan hal-hal berikut :
  1. Dalam pengangkutan jahe mulai dari lapangan (tempat pengumpulan hasil panen) sampai ke konsumen perlu di perhatikan sifat/karakteristik jenis produk tersebut yang diangkut, lamanya perjalanan, serta alat/sarana pengangkutan yang digunakan.
  2. Jahe yang diangkut sebaiknya terhindar dari sinar matahari secara langsung selama pengangkutan.
  3. Selama pengangkutan, jahe yang diangkut dijaga dari kemungkinan terjadinya benturan, gesekan dan tekanan yang terlalu berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan atau menurunnya mutu produk jahe.

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Tanaman Hias di Halaman Rumah dan Manfaatnya