Perbanyakan Vegetatif dengan Grafting

Grafting merupakan salah satu metode perbanyakan vegetatif buatan yang sudah lama di kenal dan digunakan masyarakat luas untuk memperbaiki sifat tanaman baik sifat yang berkaitan kualitas ataupun yang berkaitan dengan kuantitas. Grafting tidak dapat menghasilkan tanaman dengan sifat yang benar-benar baru tetapi hanya menggabungkan antara dua sifat tanaman yang kemungkinan besar berlainan. Selain berkaitan dengan aspek agronomi, grafting juga merupakan salah satu metode dalam pemuliaan tanaman yang sudah dikenal sejak dahulu. 

Pada prinsipnya, grafting adalah menggabungkan dua bagian tanaman (organ dan jaringannya) yang masih hidup sedemikian rupa sehingga keduanya dapat bergabung menjadi satu tanaman yang utuh yang memiliki sifat kombinasi antara dua organ atau jaringan yang digabungkan tadi. Dua bagian tanaman yang disatukan pada umumnya dalah batang bawah dan batang atas. Bagian batang bawah yang memiliki perakaran dan menerima sambungan disebut dengan rootstock, understock, ataupun stock. Bagian atas yang digunakan untuk menyambung disebut dengan scion. Scion dapat berupa potongan batang atas (cutting) atau juga apat berupa mata tunas tanaman. Jika scion yang digunakan adalah cutting, maka disebut dengan grafting. Namun jika scion yang digunakan adalah mata tunas, maka disebut dengan penempelan, budding, atau okulasi. 

Proses pertautan sambungan yang terjadi selama tanaman disatukan diawali oleh terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh sel-sel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan/pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali. Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna. Penyatuan dua jaringan tanaman ini hanya mungkin jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan. Dalam melakukan grafting atau budding, perlu diperhatikan polaritas 

Perbanyakan vegetative dengan cara grafting memiliki beberapa kegunaan yang mungkin tidak terdapat pada metode perbanyakan vegetative yang lainnya. Diantara kegunaan perbanyakan dengan cara grafting adalah memperbaiki kualitas dan kuantitas tanaman, mengatur proporsi tanaman agar memberikan hasil yang lebih baik (pada tanaman berumah dua), untuk peremajaan tanaman, menguji keberadaan penyakit akibat virus, mempercepat kematangan reproduktif, dan mendapatkan bentuk pertumbuhan khusus pada tanaman. 

Dengan menggabungkan dua tanaman menjadi satu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar sambungan yang dilakukan mamu bersatu dan menghasilkan satu tanaman yang benar-benar dikehendaki. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: 

1. Hubungan stock dengan scion 

Semakin dekat hubungan kekeluargaan antara stock dengan scion akan semakin meningkatkan tingkat keberhasilan grafting yang dilakuan. Semakin jauh hubungan kekluargaan keduanaya akan meningkatkan tingkat inkompatibilitas sehingga proses grafting menjadi gagal. Inkompabilitas disebabkan oleh dua hal yaitu translocated incompatibility, dan lacalized incompatibility. 

Translocated incompatibility adalah terjadinya ketidaksesuaian karena terganggunya translokasi makanan yang menyebabkan adanya degenerasi jaringan phloem pada luka bekas grafting. Lacalized incompatibility terjadi karena adanya kontak yang kurang sempurna antara stock dengan scion sehingga jaringan cambium tidak dapat menyatu. 

Tandaatau gejala yang muncul ketika terjadi inkompatibilitas adalah tingkat keberhasilan grafting yang rendah, pada tanaman yang tumbuh daunnya menguning, mati muda pada bibit sambungan, terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang atas dengan batang bawah, dan terjadinya pertumbuhan berlebihan baik batang atas maupun batang bawah. 

2. Kecermatan dalam melakukan grafting 

Grafting harus dilakukan sedemikian rupa agar floem dan xylem dari batang atas dapat bergabung dengan xylem dan floem dari batang bawah. Ketidak cermatan dapat menyebabkan kedunya tidak menyatu yang juga berakibat pada kegagalan dalam melakukan grafting. 

3. Kondisi faktor lingkungan 

Suhu dan kelembaban sangat berpengaruh terhadap keberhasilan grafting. Pembentukan jaringan penutup luka (kalus) sangat dipengaruhi oleh suhu. Kelembaban yang terlalu tingi akan meningkatkan potensi adanya cendawan yang yang menyebabkan penyakit pada luka bekas grafting. 

Walaupun pada prinsipnya tidak terbentuk tanaman baru pada grafting, namuan batang bawah dapat berpengaruh terhadap batang atas. Pengaruh yang ditimbulkan antara lain: mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuk, mengontrol pembungaan dan jumlah tunas, mengontrol ukuran dan kemasakan buah, serta membuat batang atas lebih resisten terhadap hama dan penyakit tanaman. 

Secara umum, hanya terdapat dua tipe dalam pelaksanaan grafiting, yaitu sambung pucuk dan okulasi. Akan tetapi, dari kedunya masih dapat dipisahkan menjadi beberapa model lagi. Beberapa contoh model sambung pucuk adalah model jepitan lidah, model pensil, dan sambung samping model jepitan lidah. Sedangkan model yang ada pada metode okulasi adalah model T atau perisai, model cetakan, dan model kepingan 

DAFTAR PUSTAKA

Prastowo, N.H., J.M. Roshetko, E. Nugraha. 2006. Teknik Pembibitan dan Peranyakan Vegetatif Tanaman Buah, World Agroforestry Center. 

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 1997. Plant propagation principles and practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, N.J. 

Mangoendidjojo, W. 2007. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta. 

Widiarsih, S., Minarsih, Dzurrahmah. 2008. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan. http://willy.situshijau.co.id

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Jenis-jenis Pandan