Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)

Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah (TOT)

Sistem penanaman padi sawah tanpa olah tanah (TOT) merupakan alternative teknologi terobosan baru. Cara penanaman tanpa olah tanah ini merupakan bagian system pengolahan tanah konsenvasi, yakni pengolahan tanah yang mempertimbangkan aspek kelestarian sumber daya tanah dan air, disamping aspek produksi dan pendapatan petani. System tanpa olah tanah tidak berbeda dengan system olah tanah sempurna, yaitu mengendalikan gulma dan menyiapkan lahan agar menjadi media tumbuh yang baik bagi tanaman. Perbedaannya hanya terletak pada efesiensi penggunaan sumber daya dalam persiapan lahannya. Sistem tanpa olah tanah lebih efesien dalam menggunakan air, tenaga kerja, waktu, dan lebih berwawasan lingkungan daripada olah tanah sempurna.

Pengolahan Lahan

Lahan becocok tanam diolah untuk meningkatkan kesuburan tanah sebagai media tumbuh tanaman padi. Tahapan pengolahan lahan, pada lahan basah/sawah: 1. Bajak Pertama Membalik tanah sedalam lapisan olah/topsoil menggunakan alat bajak, berguna; 1) Lapisan tanah bagian bawah diangkat untuk membonkar endapan mineral/Hara yang sulit diraih akar. 2) Memperlancar sirkulasi udara, oksigen dimasukkan dan gas-gas yang dapat meracuni tanaman melalui perakaran dikeluarkan. 3) Rumput, benih-benih gulma dan Sisa tumbuhan lainnya dibenamkan memperkaya bahan organik tanah. 2. Bajak Kedua Berselang 1 sampai 2 minggu dilakukan pembajakan kedua dengan memotong arah dari arah pembajakan pertama, 3. Garu Idialnya dilaksanakan 1-2 minggu berselang dari bajak kedua, berguna; 1) Membentuk lapisan kedap air di permukaan tanah. Untuk lahan yang memiliki lapisan kedap air di bawah lapisan olah/top soil tujuan ini bisa diabaikan. 2) Meratakan lahan agar tinggi permukaan air seragam di pertanaman. 3) Membenamkan bagian-bagian tumbuhan yang masih tersisa. Pengolahan lahan pada lahan tegal/ladang dengan becocok tanam sistim gogo, pengolahan lahan menggunakan kaidah-kaidah yang sama dengan di lahan sawah, yaitu untuk memperbaiki komposisi lapisan olah/ top soil, melancarkan sirkulasi udara dalam tanah, mengurangi gulma, dan meratakan permukaan.

Kelalaian dalam pegolahan lahan memungkinkan besar produksi yang ingin tidak tercapai. Bercocok tanam tanpa olah tanah dapat dilakukan pada lahan bukaan baru (Hutan) yang kesuburannya masih terjaga. Atau melalui pengolahan alamiah secara pertahap kesuburan di tingkatkan yaitu dengan mengembalikan sebagian besar sisa tanaman setiap panen pada permukan lahan di tambah pengaturan irigasi yang baik.

Seleksi Benih

Persiapkan air yang telah diisi sejumlah garam sampai telur mengapung kemudian dipakai untuk menseleksi benih. Caranya masukan benih padi ke dalam air bergaram tersebut, maka akan diperoleh kondisi benih tenggelam, melayang dan mengapung. Selain yang tenggelam jangan dipakai untuk benih, ambil benih yang tenggelam kemudian dibilas dengan air bersih sesegera mungkin sampai tidak ada rasa garam lagi bila dicicipi. Rendam selama 48 jam kemudian tiriskan dan peram selama 24 jam dan setelah itu siap sebar. Umumnya benih akan terseleksi pada kisaran 5 - 15%.

Pesemaian

Umumnya petani membutuhkan benih sampai kisaran 35-40kg per hektar tetapi dengan sistem baru (SRI-System of Rice Intensification) cukup dipersiapkan 10 kg per hektar. Persemaian dilakukan dengan menyebar benih padi secara merata pada bedengan dengan kandungan air jenuh tetapi tidak menggenang. Dalam tiga atau empat hari benih telah berkecambah. Bibit siap tanam pada kisaran 10 - 14 hss (hari setelah sebar) jika memakai sistem SRI tetapi dengan sistem biasa tanaman muda (bibit) yang berumur tiga minggu baru dikatakan siap tanam. Menghindari stagnasi setelah bibit di tanam seyogyanya tidak dicabut dan cukup diambil secara menyeluruh perakaran termasuk tanahnya kemudian dipindah tanamkan ke lahan sawah. Budidaya padi pada lahan berawa atau keasaman tinggi serta di lahan kering tidak memerlukan persemaian, tanam benih langsung ke persemaian

Penanaman

Penanaman padi di sawah umumnya ditanam dengan jarak teratur. Yang paling popular di Pulau Jawa adalah berjarak 20 cm. Tanaman muda ditancapkan ke dalam tanah yang digenangi air sedalam 10 sampai 15 cm hingga akarnya terbenam di bawah permukaan tanah. Padi lahan kering ditanam langsung di ladang. Setelah tanah basah, benih disebar dalam larikan-larikan. Padi lahan kering umumnya mengandalkan hujan dalam penyediaan air. Tidak ada penggenangan dalam budidaya lahan kering. Dalam budidaya gogo rancah, benih bahkan disebar pada tanah kering, sebelum hujan turun.

Perawatan

Padi adalah jenis tanaman yang memerlukan perawatan untuk pertumbuhannya. Perawatan dapat berupa pemupukan dan penanggulangan hama ; pemupukan pada tanaman padi dapat menggunakan pupuk urea, pupuk Kcl, dan poshpat. Adapun tata cara pemupukan yang ideal untuk tanaman padi adalah dengan memperhatikan kondisi tanah dan tanaman itu sendiri. Kondisi tanah yang harus diperhatikan adalah keasaman tanah, sementara dari tanaman adalah dengan melihat seberapa besar pertumbuhan tanaman; dengan kata lain pertumbuhan harus sesuai dengan kriteria yang ada. Sementara itu untuk penanggulangan hama penyakit dapat digunakan berbagai macam obat2 an misal akodan, dencis dll.

Pemupukan

Pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi Hasil uji Tanah pada lahan becocok tanam dan Hasil penelitian Varietas padi yang akan digunakan. Tanaman tumbuh membutuhkan karbon dioksida, mineral-mineral, air dan cahaya matahari. Untuk pertumbuhan yang baik diperlukan tersedianya hara tanaman tersebut terus menerus dan mencukupi. Beberapa unsur hara diserap oleh tanaman dalam jumlah yang besar dan disebut sebagai unsur makro. Termasuk didalam unsur makro merupakan unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), phospor (P), kalium K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Suatu ciri dari unsur hara makro yaitu apabila tersedianya sangat kurang akan menunjukkan gejala kelapran dan menurunkan hasil, sedangkan dalam keadaan berlebihan tidak akan meracun tanaman atau mengurangi hasil. Makanan atau unsur hara tanaman C, H dan O diperoleh dari udara, sedangkan N, P, K, Ca, Mg, dan S serta unsur hara mikro lainnya diperoleh dari tanah. Aktivitas produksi pertanian intensif pada suatu bidang tanah tertentu telah mengakibatkan penurunan kandungan hara pada tanah yang bersangkutan. Untuk mendukung produksi pertanian yang relatif tetap tinggi dibutuhkan penambahan hara tersebut melalui "pemupukan". Pemupukan merupakan upaya penambahan kekurangan hara tanah dalam jumlah, waktu dan cara yang tepat

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Jenis-jenis Pandan