Ulat Sutra (Bombyx mori)

Ulat sutra (Bombyx mori) adalah ulat atau larva kupu-kupu yang termasuk dalam family Bombycidae. Secara ekonomis, ulat ini amat penting karena dapat menghasilkan sutra. Pakan ulat sutra semata-mata hanya daun-daun pohon murbai (Morus alba) yang mampu dikonsumsi sepanjang pagi dan malam hari.

Telur-telur akan dihasilkan setelah 10 hari berada di penetasan. Jika warna kepalanya menjadi gelap, menunjukkan bahwa akan terjadi pergantian kulit. Setelah berganti kulit sebanyak 4 kali, badan ulat sutra menjadi sedikit kuning dan kulitnya menjadi lebih rapat. Larva menutup diri dalam kokon dengan sendirinya seabagai bahan baku sutra yang diproduksi dalam kelenjar liur. Beberapa binatang lecpidoptera memang dapat memproduksi kokonn, tetapi hanya Bombycidae dan Saturniidae yang mampu berproduksi dalam jumlah besar.

Ulat sutra mempunyai sepasang kelenjar air liur yang disebut sericteries. Kelak air liur ini digunakan untuk memproduksi acairan jernih, kental dan mengandung protein yang tinggi, diseabut spinneret. Jika terkena udara, cairan kental ini akan mengeras . Ukuran diameter spinneret sangat menentukan tebalnya benang sutra.

Tatalaksana pemeliharaan

Pemilihan bibit, pemilihan jenis bibit tergantung pada ketinggian daerah.Untuk dataran pegunungan biasanya bibit dari Jepang tetapi untuk dataran rendah bibit digunakan hasil persilangan antara jenis local dan jenin Jepang. Biasanya 1 kotak bibit ukuran berat 11,7 g berisi kira-kira 20.000 bibit telur. Pada musim kemarau, bibit tasb dapat mengahsilkan 25 -30 kg kokon basah. Untuk mengahsilkan 1 kg kokon, diperlukan kira-kira 20 kg daun murbai. Bila dipelihara di daerah pegunungan, ulat sutra pada musim hujan dapat menghasilkan kokon basah yang lebih besar.

Perkandangan, pemeliharaan ulat dilakukan dalam peti (box rearing) dengan ukukran (95X70X12) cm yang terbuat dari kayu, seng, atau alumunium. Kotak diberi sirkulasi yang cukup dengan suhu 27-28 0 C dengan kelembaban 90 % . Ulat sutra lebih suka pada keadaan acahaya lemah. Dalam keadaan gelap, ulat sutra lebih aktif bergerak, kokon lebih berat dan bagian benang sutra pun lebih besar.

Produksi kokon yang dihasilkan oleh ulat sutra sangat tergantung pada iklim setempat dan cara pengelolaan. Sebaiknya, lokasi untuk pembudidayaan ulat sutra memilki iklim dan tanah yang cocok dengan pertumbuhan daun murbai. Dengan demikian, ulat sutra mampu memproduksi kokon berkualitas.

Pakan yang diberikan berupa daun murbai segar yang dipetik pada pagi hari. Dengan demikian , daun murbai tersebut mengandung air, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral dalam jumlah memadai . Kebutuhan air pada ulata sutra hingga stadia ke lima tidak terlalu banyak, tetapi kebutuhan air mulai meningkat pada saat ulat akan membentuk kokon. Pemberian daun murbai pada ulat sutra yang kecil perlu di iris terlebih dahulu sedangkan yang besar tidak perlu.

Pembibitan, pada kehidupan stadia 1 - 4, ulat sutra kecil akan lebih cepat tumbuh jika dipelihara di tempat gelap daripada di tempat terang.. . Bila ulat-ulat kecil dipilihara di tempat gelap, berat kokon akan bertambah dan ukuran benang sutra lebih besar daripada dipelihara di tempat terang. Ulat sutra yang telah berganti kulit selama empat kali dan mengkonsumsi daun murbai dalam jumlah cukup banyak akan memiliki kelenjar sutra yang berukuran besar. Untuk menghasilkan kokon yang berkualitas, suhu ruang pengokonan berkisar 22-23 0 C dengan kelembaban 66 - 70 %, Jika kelembababan ini mencapai 90% maka kualitas benang sutra menjadi rendah.

Kesehatan, ulat sutra sering mengalami penurunan nafsu makan, berak ulat tidak sempurna, sakit nanah dan diare yang disebabkan oleh bakteri. Sakit nanah terjadi karena serangan virus N yang memasuki darah. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga suhu dan kelembaban, terutama saat ulat sutra itu dalam keadaan tidur. Blood poisoning merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui pembuluh darah. Gejala penyakit diawali penurunan nafsu makan, badan mengerut dan memuntahkan getah lambung. Polihedral deaseases adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus C .munculnya penyakit ini dipicu adanya fluktuasi suhu udara yang tinggi. Gejala penyakit ini ditandai dengan kulit kepala menipis, berwarna bening sehingga isi kepala terlihat, nafsu makan berkurang dan gerakan melemah. Jika dibedah, di dalam usus terlilhat bintik-bintik berwarna putih, hitam atau coklat.

Panen dan Hasil Panen.

Hasil yang dapat dipanen dari ulat sutra yaitu kokon dan serat sutra, kualitas kokon dan serat sutra dipengaruhi oleh jenis ulat sutra dan kondisi selama pemeliharaan dan pengokonan. Setelah 4 hari, kokon akan berubah menjadi pupa. Awalnya , kulit pupa ini lemah dan mudah luka sehingga kokon menjadi kotor dan kualitasnya menurun. Oleh karena itu sebaiknya pupa-pupa diambil tepat pada saat kulitnya telah cukup keras. Jika terlambat, waktu pengeringan pupa menjadi pendek dan akan mempengaruhi kulitas kokon.

Kriteria kokon yang baik adalah berwarna putih, bentuknya sesuai sifat dari jenis ulat, ukurannya besar, kerut kokkon halus, berat maksimal, ketegangan bagus, dan persentase kulit rendah . Panjang serat sutra yang dapat digulung dari sebutir kokon ada hubungannya dengan kelancaran pekerjaaan pemintalan. Sementara berat dan ketebalan serat sutra erat hubungannya dengan kualitas benang sutra. Hal ini dinyatakan dalam satu denier (d), Satu denier kokon sama dengan 450 m dengan berat 0,05 g. Selai itu, kokon juga sebaiknya memiliki daya tarik bagus, sekitar 3,5 - 4,0 g/denier.

Sumber bacaan : Budidaya 22 ternak Potensial. Seri Agribisnis Penebar Swadaya 2010

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Tanaman Hias di Halaman Rumah dan Manfaatnya