Hubungan Interaksi Kebun Tebu dan Ternak

Integrasi kebun dan ternak merupakan perpaduan usaha yang sangat menguntungkan, karena keduanya dapat saling menunjang dan saling membawa manfaat. Potensi limbah tebu dan hasil samping olahannya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak, disisi lain limbah ternak berupa feses, urine dan sisa-sisa pakan merupakan bahan pembuatan pupuk yang berkualitas untuk tanaman tebu.

Potensi Limbah Tebu 

Limbah perkebunan tebu dan industri olahannya terdiri dari pucuk tebu, ampas tebu, blotong, dan tetes. Hasil samping yang dapat langsung dimanfaatkan sebagai pakan ternak yatu pucuk tebu dan tetes, sedangkan yang harus melalui proses pengolahan yaitu ampas tebu, dan bahkan ada yang dimanfaatkan setelah diolah menjadi bahan lain seperti ragi pakan ternak dan lysine dari tetes. Disamping itu ada juga yang dimanfaatkan dalam bentuk limbah dari proses pengolahan hasil samping seperti empulur ampas tebu (bagasse pith) yang merupakan hasil samping dari pengolahan ampas tebu menjadi pulp.


Pemanfaatan Limbah Tebu untuk Pakan Ternak

Pucuk Tebu segar

Pucuk batang tebu dapat digunakan sebagai pengganti rumput gajah sebagai hijauan pakan ternak tanpa menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertambahan bobot badan ternak. Pucuk tebu juga dapat digunakan untuk pakan penggemukan sapi, baik sebagai satu-satunya sumber hijauan makanan ternak maupun sebagai hijauan campuran dengan rumput gajah. 

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pucuk tebu segar dapat menggantikan sebagian atau seluruh rumput yang diberikan kepada pedet lepas sapih, sapi yang digemukkan atau sapi perah yang sedang berproduksi, tanpa memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi tubuh maupun produksi ternak Namun demikian, pucuk tebu ini kandungan gizinya kurang memadai untuk pakan ternak, sehingga harus ditambah dengan pakan suplemen. Pucuk tebu yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah ujung atas batang tebu berikut 5-7 helai daun yang dipotong dari tebu yang dipanen untuk tebu bibit atau bibit giling. Bila dilihat dari kandungan nutrisinya, protein kasar pucuk tebu lebih tinggi bila dibandingkan kandungan protein kasar jerami padi maupun jerami jagung, akan tetapi kandungan serat kasarnya adalah yang tertinggi.

Wafer pucuk tebu

Wafer pucuk tebu adalah pucuk tebu yang diawetkan dengan proses pengeringan secara cepat sehingga kadar airnya tinggal 9-12 % kemudian ditekan dengan tekanan tinggi sehingga berbentuk balok empat persegi panjang. Wafer pucuk tebui dapat dikonsumsi sebanyak 2 % dari berat badan sapi potong atau sapi perah, sedangkan pada ternak domba dan kambbing dapat dapat diberikan masing-masing 2.4 % dan 2.9 % dari berat badan. Namun demikian sampai saat ini wafer pucuk tebu ini baru diproduksi untuk tujuan ekspor karena harganya belum terjangkau oleh peternak di Indonesia.

Pellet pucuk tebu

Pucuk tebu yang sudah tidak terpakai bagi pabrik gula, masih dapat dimanfaatkan bagi peternak karena dapat digunakan untuk membuat pellet. Pada penggemukan sapi, pemberian pellet dapat mempercepat kenaikan berat badan. Sedang pada sapi perah laktasi, pemberian pellet dapat menurunkan kadar lemak susu. Pellet pucuk tebu ini dapat dibuat dengan cara memotong-motong pucuk tebu, kemudian dikeringkan. Potongan kering kemudian digiling menggunakan mesin pellet. Untuk menghasilkan 1 (satu) ton pellet dengan kadar air sekitar 9-11 % diperlukan 4 ton pucuk tebu segar.

Daun kletekan dan Sogoan

Daun kletekan adalah daun tebu yang diperoleh dengan cara melepaskan 3-4 daun tebu pada saat tebu berumur 4 bulan, 6 bulan dan 8 bulan, yang masing-masing disebut kletekan 1,2 dan 3. Daun kletekan ini pada umumnya hanya dibuang begitu saja, atau dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Bagi peternak, ternyata daun kletekan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia,yang potensial untuk didayagunakan, baik secara langsung maupun diolah dahulu. Sogolan adalah tunas- tunas tebu yang diafkir. Produksi sogolan ini cukup tinggi dan banyak diperoleh pada areal tanam yang mendapatkan irigasi yang baik dan pada tanaman tebu yang roboh hingga memungkinkan tumbuhnya tunas-tunas baru. Sogolan ini juga merupakan sumber pakan ternak yang potensial untuk didayagunakan, baik secara langsung maupun diolah dahulu.

Ampas tebu

Ampas tebu pada umumnya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas. Namun demikian, tidak semua ampas tebu dimanfaatkan untuk pembuatan kertas, sehingga sisa ampas tebu masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Ampas tebu ini dapat untuk menggantikan sebagian hijauan pakan ternak. karena mikro organisme dalam pencernaan ternak ruminansia mempunyai kemampuan untuk memfermentasikan serat kasar sebagai sumber energi. Bila ditinjau dari kandungan gizinya, ampas tebu tidak memenuhi persyaratan iuntuk memenuhi kebutuhan hidup pokok apalagi produksi, sehingga harus ditambah dengan pakan suplemen.

Empulur ampas tebu

Ampas tebu yang diolah menjadi pulp untuk pembuatan kertas akan memperoleh hasil samping, yaitu empulur ampas tebu. Empulur ampas tebu ini berasal dari ampas tebu yang sudah diambil seratnya untuk keperluan bahan serat pabrik kertas. Empulur ampas tebu ini mengandung bahan berserat tinggi, sehingga lebih sesuai sebagai sumber serat bagi ternak dari pada sebagai konsentrat. Empulur ampas tebu ini dapat dimanfaatkan sebagai penyerap tetes dalam pakan ternak. Empulur ampas tebu tidak mungkin digunakan sebagai pakan ternak secara tunggal karena kapatabilitasnya rendah. Amoniasi ampulur ampas tebu dengan urea merupakan upaya delignisasi karena lignin dalam empulur ampas tebu cukup tinggi sehingga membatasi palatabilitasnya sebagai pakan. 

Amonisasi empulur ampas tebu juga dapat meningkatkan kandungan kandungan protein non nitrogen. Amonisasi dilakukan selama 3 mimggu, dengan kadar urea 6 % dari batang kering. Empulur ampas tebu amoniasi ini dapat digunakan sebagai pengganti sebagian hijauan tetapi dalam pemberiannya kepada ternak harus di campurkan ke dalam pakan konsentrat. Untuk sapi potong, empulur ampas tebu dapat menggantikan setengah bagian hijauan, sedang untuk sapi perah dapat menggantikan 15 % dari hijauan.

Tetes

Tetes adalah limbah pemurnian gula yang merupakan sisa nira yang telah mengalami proses kristalisasi. Tetes ini memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai komponen bahan baku industri fermentasi maupun sebagai komponen pakan ternak. Cara penggunaan tetes sebagai pakan ternak dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: 
  • Terpisah dengan bahan pakan lainnya, 
  • Disemprotkan pada pakan hijauan atau biji-bijian , 
  • Dicampur dalam pakan campuran yang siap digunakan, dan 
  • Sebagai pengawet dalam pembuatan silase sebanyak 1-4 % dari berat hijauan. 
Salah satu keterbatasan penggunaan tetes secara langsung untuk pakan ternak ruminansia adalah adanya Kalium dalam tetes yang pada kadar tertentu memiliki laxative effect dan pada kadar tinggi dapat mengganggu pencernaan. Kadar tetes dalam formula ransum dapat mencaapi 40-69 %. Salah satu formula yang sering digunakan pada penggemukan sapi potong terdiri dari tetes 40 %, jagung dan yellow meal 35 %. Empulur ampas 12 %, ampas minyak kacang 8 %, urea 2 % mineral, vitamin dan mikroelemen 3 %.

Blotong

Blotong adalah kotoran yang dapat dipisahkan dengan proses penapisan dalam proses klarifikasi nira. Blotong ini mengandung bahan organik, mineral serta protein kasar dan gula yang masih terserap dalam kotoran tersebut. Selain dapat digunakan sebagai pupuk organik, blotong juga dapat digunakan untuk pakan ternak.

Pemanfaatan limbah ternak untuk pupuk

Disamping menghasilkan produk utama berupa daging, telur dan susu, ternak juga menghasilkan produk samping berupa limbah. Limbah ternak berupa feses, urine dan sisa-sisa pakan merupakan bahan pembuatan pupuk yang berkualitas, yang dapat dimanfaatkan untuk memupuk tanaman tebu. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan limbah ternak untuk pupuk adalah: 1) Terjadi efisiensi karena dengan penggunaan pupuk organik dari limbah akan mengurangi penggunaan pupuk buatan yang relatif lebih mahal. . 2) Dengan memanfaatkan limbah ternak untuk pupuk pada tanaman tebu maka terjadi efisiensi karena tidak perlu pengangkutan yang terlalu jauh dari kebun.

Sumber: Pedoman Integrasi Ternak dengan Tebu, Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan, Departyemen, 2005.

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Tanaman Hias di Halaman Rumah dan Manfaatnya