Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak

Pemanfaatan Limbah Tebu Untuk Pakan Ternak

Pucuk Tebu

Pucuk tebu dapat digunakan untuk pakan penggemukan sapi. Namun demikian, kandungan gizinya kurang memadai untuk pakan ternak, sehingga harus ditambah dengan pakan suplemen. Pucuk tebu yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah ujung atas batang tebu berikut 5-7 helai daun yang dipotong dari tebu yang dipanen untuk tebu bibit atau bibit giling.

Wafer pucuk tebu

Wafer pucuk tebu adalah pucuk tebu yang diawetkan dengan proses pengeringan secara cepat sehingga kadar airnya tinggal 9-12 % kemudian ditekan dengan tekanan tinggi sehingga berbentuk balok empat persegi panjang. Wafer pucuk tebui dapat dikonsumsi sebanyak 2 % dari berat badan sapi potong atau sapi perah, sedangkan pada ternak domba dan kambing dapat dapat diberikan masing-masing 2.4 % dan 2.9 % dari berat badan.

Pellet pucuk tebu

Dalam usaha penggemukan sapi, pemberian pellet dapat mempercepat kenaikan berat badan sapi. Sedang pada sapi perah laktasi, pemberian pellet dapat menurunkan kadar lemak susu. Pellet pucuk tebu ini dapat dibuat dengan cara memotong-motong pucuk tebu, kemudian dikeringkan. Potongan kering kemudian digiling menggunakan mesin pellet. Untuk menghasilkan 1 (satu) ton pellet dengan kadar air sekitar 9-11 % diperlukan 4 ton pucuk tebu segar.

Daun kletekan dan Sogoan

Daun kletekan diperoleh dengan cara melepaskan 3-4 daun tebu pada saat tebu berumur 4 bulan, 6 bulan dan 8 bulan, yang masing-masing disebut kletekan 1,2 dan 3. Daun kletekan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia,yang potensial untuk didayagunakan, baik secara langsung maupun diolah dahulu. Sogolan adalah tunas- tunas tebu yang diafkir yang banyak diperoleh pada areal tanam yang mendapatkan irigasi yang baik dan pada tanaman tebu yang roboh hingga memungkinkan tumbuhnya tunas-tunas baru. Sogolan ini juga merupakan sumber pakan ternak yang potensial untuk didayagunakan, baik secara langsung maupun diolah dahulu.

Ampas tebu

Sisa ampas tebu dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Ampas tebu ini dapat untuk menggantikan sebagian hijauan pakan ternak. karena mikro organisme dalam pencernaan ternak ruminansia mempunyai kemampuan untuk memfermentasikan serat kasar sebagai sumber energi. Bila ditinjau dari kandungan gizinya, ampas tebu tidak memenuhi persyaratan iuntuk memenuhi kebutuhan hidup pokok apalagi produksi, sehingga harus ditambah dengan pakan suplemen.

Empulur ampas tebu.

Ampas tebu yang diolah menjadi pulp untuk pembuatan kertas akan memperoleh hasil samping, yaitu empulur ampas tebu. Empulur ampas tebu ini berasal dari ampas tebu yang sudah diambil seratnya untuk keperluan bahan serat pabrik kertas. Empulur ampas tebu mengandung bahan berserat tinggi, sehingga lebih sesuai sebagai sumber serat bagi ternak dari pada sebagai konsentrat. Empulur ampas tebu ini dapat dimanfaatkan sebagai penyerap tetes dalam pakan ternak. 

Empulur ampas tebu tidak mungkin digunakan sebagai pakan ternak secara tunggal karena kapatabilitasnya rendah. Amoniasi empulur ampas tebu dengan urea merupakan upaya delignisasi karena lignin dalam empulur ampas tebu cukup tinggi sehingga membatasi palatabilitasnya sebagai pakan. Amonisasi empulur ampas tebu juga dapat meningkatkan kandungan protein non nitrogen. Amonisasi dilakukan selama 3 mimggu, dengan kadar urea 6 % dari batang kering. Empulur ampas tebu amoniasi ini dapat digunakan sebagai pengganti sebagian hijauan tetapi dalam pemberiannya kepada ternak harus di campurkan ke dalam pakan konsentrat. Untuk sapi potong, empulur ampas tebu dapat menggantikan setengah bagian hijauan, sedang untuk sapi perah dapat menggantikan 15 % dari hijauan.

Tetes

Tetes dapat digunakan sebagai pakan ternak dengan cara:sebagai berikut:
  • Terpisah dengan bahan pakan lainnya,
  • Disemprotkan pada pakan hijauan atau biji-bijian, 
  • Dicampur dalam pakan campuran yang siap digunakan, dan 
  • Sebagai pengawet dalam pembuatan silase sebanyak 1-4 % dari berat hijauan. 
Salah satu keterbatasan penggunaan tetes secara langsung untuk pakan ternak ruminansia adalah adanya Kalium dalam tetes yang pada kadar tertentu memiliki laxative effect dan pada kadar tinggi dapat mengganggu pencernaan. Kadar tetes dalam formula ransum dapat mencapi 40-69 %. Salah satu formula yang sering digunakan pada penggemukan sapi potong terdiri dari tetes 40 %, jagung dan yellow meal 35 %. Empulur ampas 12 %, ampas minyak kacang 8 %, urea 2 % mineral, vitamin dan mikroelemen 3 %.

Blotong

Blotong adalah kotoran yang dapat dipisahkan dengan proses penapisan dalam proses klarifikasi nira. Blotong ini mengandung bahan organik, mineral serta protein kasar dan gula yang masih terserap dalam kotoran tersebut. Selain dapat digunakan sebagai pupuk organik, blotong juga dapat digunakan untuk pakan ternak.

Sumber: Pedoman Integrasi Ternak dengan Tebu, Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, Direktorat Jenderal Peternakan, Departyemen, 2005.

Postingan populer dari blog ini

Klasifikasi dan Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa Acuta Thunberg)

Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ketumbar (Coriandrum sativum L.)

Jenis-jenis Pandan